Kamu sudah sadar kan bahwa portofolio itu penting sebagai prasyarat sukses di dunia kerja?
Bagus deh kalau sudah sadar.
Sekarang sudah saatnya kamu belajar tentang cara membuat portofolio berkualitas. Jadi, kamu bisa buktikan sendiri seberapa besar tingkat pengaruhnya.
Dalam artikel ini, Tugas Karyawan bakal mengupas cara membuat portofolio kerja. Jangan lupa ingat kami kalau kelak kalian sukses di dunia kerja setelah baca ini!
Berikut cara yang bisa kamu lakukan:
1. Mengumpulkan dokumen dan hasil karyamu
Sebelum membuat portofolio, kamu perlu mengumpulkan seluruh berkas berserak berisi hasil kerja serta karyamu.
Coba bongkar-bongkar berkas-berkas di file box atau laci meja kerja. Tak lupa kumpulkan juga seluruh file yang kamu simpan di laptop atau PC.
Ketahuilah bahwa itu adalah aset-asetmu.
2. Melakukan refleksi skill dan kapasitas diri
Umumnya, salah satu dokumen untuk dimasukan dalam portofolio adalah cover letter atau profil berisi deskripsi skillmu.
Kamu tak bisa mengklaim punya skill ini dan itu jika tak punya buktinya. Makanya penting untuk mengamati karya-karyamu terdahulu, lalu bertanya dalam hati, “Seberapa jago saya dalam bidang ini? Seberapa ahlikah saya?”
Malcolm Gladwell punya aturan untuk mengukur seseorang layak menyebut dirinya ahli atau tidak. Kaidah yang dikenalkannya adalah kaidah 10 ribu jam.
Seseorang layak disebut ahli jika sudah berpengalaman melakukan satu kemampuan minimal sebanyak waktu tersebut.
Apa kamu termasuk? Kalau termasuk, nanti kamu bisa menyebut dirimu expert tanpa ragu. Jika belum, jangan terlalu PD ya.
3. Seleksi karya terbaik
Dari sekian banyak karya yang mungkin bisa ditampilkan dalam format portofolio, mungkin tak semuanya oke.
Untuk itu kamu perlu sortir karya terbaik dari semuanya. Jika semuanya baik, carilah yang terbaik di antara yang terbaik.
Kesulitan menilainya?
Mungkin kamu bisa ingat-ingat tanggapan orang-orang yang dahulu menyaksikan karyamu. Jika kamu dulu menyajikannya untuk perusahaan, kamu bisa ingat-ingat atau cek testimoninya.
Selain itu, bisa juga dengan meminta pendapat dari kenalanmu yang expert dalam bidang sama.
Dengan hanya menampilkan karya-karya terbaik, kamu akan lebih terlihat lebih hebat dan profesional.
Ibaratnya, jangan campurkan racun dalam segelas madu. Karya-karya hebatmu jangan dirusak oleh karya jelek.
4. Tentukan tempat menyusun portofolio
Pada kenyataannya, ada banyak tempat untuk digunakan menyusun portofolio.
Kamu bisa membuat portofolio berbentuk dokumen (cetak atau soft file format doc/pdf), bisa juga secara digital.
Bagi kamu yang ingin bekerja secara reguler dan diikat oleh perusahaan tertentu, bagusnya membuat versi dokumen. Namun jika kamu berminat bekerja dalam dunia freelancer, membangun portofolio dalam media digital sangat disarankan.
Meski menjadi lebih bagus lagi apabila kamu menyusun keduanya.
Kadang-kadang, ada juga perusahaan yang menawarkan pekerjaan reguler meminta portofolio digital. Walau pada saat bersamaan jarang sekali ditemukan pemberi kerja freelance meminta portofolio dengan bentuk dokumen
Biasanya, jenis dokumen ini bisa dibuat dalam beberapa format seperti:
- Cetak (print) dalam bentuk bundel/map
- File doc.
- File pdf.
Sementara itu, ada beberapa pilihan media portofolio digital yang bisa kamu pilih:
- Blog
- Sosial media
- Situs portofolio
- Situs freelance
Apabila kamu tertarik membuat dalam bentuk digital, pastikan media pilihanmu cocok dengan bidang kerjamu.
Coba dijawab, karya apa yang akan kamu tampilkan? Tulisan, foto, video, website, atau apa?
Misalnya tulisan, mungkin lebih cocok portofolio disusun di blog. Konten-konten lain bisa jadi cocok juga dan bisa juga tidak.
5. Buat deskripsi diri tentang skill yang menarik
Dalam format cetak, biasanya portofolio memerlukan halaman berisi profil dengan deskripsi informasi seputar skill. Orang menyebutnya resume.
Lembar dimaksud kira-kira seperti ini:
Profil di atas beda dengan CV ya. Bila CV hanya berupa riwayat hidup, maka lembar portofolio di atas mendeskripsikan skill secara lebih spesifik. Dibalik lembar tersebut nantinya karya-karyamu disusun.
Nah, untuk menarik perhatian personalia, gunakan deskripsi menarik.
Harapannya, recruiter memiliki minat untuk mempelajari lebih jauh berkas yang kamu tawarkan.
Lain lagi jika kamu membuat portofolio digital. Lembar beginian tak begitu penting kamu buat.
Deskripsi diri yang menunjukan persona dan skill bisa ditampilkan berbeda-beda. Tergantung media digital yang kamu gunakan untuk menyusun portofolio.
Misalnya di blog atau web sendiri, kamu bisa isi di halaman about us. Sementara di instagram dan facebook bisa di bagian bio.
Beda lagi jika membuatnya di situs khusus freelancer. Biasanya, kamu mesti menuliskannya di kolom profil dengan format yang beragam di setiap situsnya.
Namun apapun medianya, hal terpenting kamu buat dengan singkat, jelas, dan punya tujuan untuk menarik pemberi kerja.
6. Membuat layout dan desain menarik
Jika deskripsi dan karya-karyamu sudah siap untuk dipublikasikan dalam media portofolio, apa selanjutnya?
Kamu bisa membuat desain serta tata letak yang oke.
Untuk membuat resume yang menunjukan skill, kamu bisa memanfaatkan situs web khusus pembuat resume dan CV. Cara membuat portofolio desain kini semakin mudah.
Disana sudah tersedia template-template yang bisa kamu pilih. Misalnya saja situs canva atau resume.io.
Kamu hanya perlu menginput data-data dan deskripsi diri. Nggak perlu desain sendiri tata letak, kombinasi warna, dan tetek bengeknya.
Sementara bila kamu membuatnya di blog, kamu bisa gunakan tema-tema simpel tapi tetap menarik.
Intinya, dimanapun kamu membangun portofolio, pastikan pemberi kerja bisa dengan mudah melihat karya dan hasil kerja terbaikmu.
7. Jika ada, cantumkan daftar klien dan testimoni
Untuk meningkatkan kredibilitas di mata orang yang melihat portofolio, kamu bisa menambahkan informasi mengenai klien-klien-mu sebelumnya.
Hal tersebut juga bisa membuat recruiter jadi semakin percaya denganmu. Mereka akan berpikir kamu adalah profesional berpengalaman dan sudah terpercaya.
Lebih bagus lagi manakala kamu bisa mendapatkan testimoni-testimoni untuk semakin meningkatkan daya tarik. Tentu saja testimoni positif ya.
Langkah ini tak perlu kamu lakukan andaikata kamu membuat portofolio di situs freelancer seperti projects.id atau lainnya. Situs-situs semacam ini biasanya sudah punya fitur otomatis untuk memberikan rating serta ulasan bagi pekerjaan-pekerjaanmu terdahulu.
8. Masukan juga sertifikat keahlian dan prestasi
Meski mungkin pengaruhnya tak sebesar bukti karya dan rekam jejak klien, tapi menambahkan sertifikat keahlian dalam portofolio juga bisa jadi nilai plus.
Poin ini bisa jadi solusi bagi fresh graduate.
Lebih bagus lagi apabila ada prestasi-prestasi yang sudah kamu raih.
Oh ya, pastikan bahwa sertifikat-sertifikatnya berhubungan dengan bidang kerja yang kamu geluti. Sertifikat juara 1 lomba balap karung atau balap kerupuk cukup simpan di rumah.
9. Review hasilnya
Setelah semua cara di atas dilakukan, kamu bisa lakukan review. Lihat-lihat lagi apa ada yang masih kurang?
Mulai dari kontennya, apakah semuanya relevan?
Kamu sebaiknya hanya memasukan hal-hal yang relevan dengan skill yang ingin kamu tunjukan.
Selain itu, periksa juta tata bahasa. Hindari kesalahan salah eja atau kalimat-kalimat tak jelas.
10. Perbaharui secara berkala
Salah satu perbedaan portofolio dan CV adalah intensitas pemakaiannya. Jika CV cenderung dipakai berulang-ulang dengan konten sama, maka portofolio tak seperti itu.
Bila ada hasil-hasil kerja dan proyek terbaru yang sudah dikerjakan, sebaiknya segera tambahkan pada portofolio. Ia lebih luwes dan perlu di update secara berkala.
Setelah semuanya kamu susun, saatnya mulai mempromosikan dirimu.
Bagikan portofolio mu ke banyak orang dan perusahaan. Jangan lelah jika ditolak sana-sini, percayalah usaha tak akan mengkhianati.
Baca juga:
- Panduan Membuat CV
- Ide Pekerjaan Online
- Berkas Lamaran Kerja
- Etika Melamar Kerja
- Cara Melamar Kerja Lewat Email
- Contoh Surat Lamaran Kerja
Cara membuat portofolio ini akan menampakan hasilnya jika kamu bergerak.
Tetap semangat ya!