Sudah terjun dalam dunia kerja tapi masih asing dengan istilah problem solving?
Sangat disayangkan tentunya jika iya. Padahal problem solving adalah soft skill penting yang bermanfaat bagi kemajuan karir seseorang. Mempelajari, memahami, menerapkan, dan mengasahnya akan sangat memudahkanmu menapak jalan sukses.
Mari kita bahas secara tuntas. Baca supaya jelas.
Pengertian Problem Solving
Apa yang dimaksud problem solving?
Problem solving merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menemukan sumber masalah sekaligus solusi paling efektif untuk menyelesaikannya.
Pada faktanya, pemaknaan terhadap istilah ini juga menjadi lebih teknis dan spesifik. Bergantung pada bidang penggunaannya. Praktiknya keterampilan ini akan berbeda saat diterapkan dalam dunia akademik, teknologi, dan lainnya.
Tapi secara umum, metode problem solving di segala bidang pasti menggunakan pola yang sama. Dimulai dari mencari sumber masalah dan berakhir pada perumusan solusi terbaik untuk memecahkannya.
Mengingat masalah adalah hal yang sangat dekat dan sering dijumpai manusia, maka sebenarnya kemampuan ini sangat relevan dikuasai oleh semua orang.
Pentingnya kemampuan problem solving dalam dunia kerja
Bagi siapa saja yang terjun dalam dunia kerja dan punya minat untuk berkembang hingga level tinggi, menyadari pentingnya problem solving itu wajib. Nggak boleh menganggapnya sebelah mata.
Bahkan dari awal tes kerja, skill ini seringkali sudah mulai diukur kok. Perusahaan pasti senang jika pegawainya adalah seorang problem solver. Berikut ini beberapa poin pentingnya:
1. Dalam menyelesaikan pekerjaan, masalah pasti ada
Bagi kamu yang berkarir sebagai guru, kamu pasti bakal sering menjumpai masalah dengan anak-anak.
Bagi kamu yang berkarir sebagai buruh, kamu juga mungkin akan berjumpa dengan mesin-mesin rusak.
Bagi kamu yang bekerja sebagai penulis, kamu juga berpotensi menjumpai fase masalah kebuntuan ide dan hilang semangat.
Demikian pula dengan bidang-bidang kerja lainnya. Tak ada pekerjaan yang tidak mengundang masalah.
Bahkan konon jika kamu menganggur juga pasti ketemu dengan masalah. Entah itu diomongin tetangga, diomelin mama papa, atau jadi bau karena jarang mandi.
Iya nggak? hehe..
Maka dari itu, memiliki skill ini sangat penting. Meski hanya digunakan untuk menyelesaikan persoalan pribadi.
2. Bekerja itu kerja tim, masalah antar anggota itu pasti
Salah satu urusan paling sulit untuk dijalani adalah ketika menjumpai masalah dengan sesama manusia.
Dalam dunia kerja, aktivitas ini sulit dihindari. Pasalnya kamu harus bekerja secara tim untuk menyukseskan berbagai target perusahaan.
Apakah kamu pernah merasa serba salah ketika punya masalah dengan orang lain? Begini ditanggapi salah, begitu direaksi salah. Retaknya hubungan antar anggota tim sedikit banyak bisa menghambat kemajuan.
Sebenarnya, hal-hal semacam itu bisa diminimalisir atau bahkan dihindari jika kamu memiliki kemampuan problem solving.
Dengan skill ini, kamu akan bisa lebih bijak dalam berinteraksi dengan sesama. Demikian halnya saat punya masalah.
3. Mengelola tim itu berat, masalah semakin banyak
Untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih besar, umumnya dibutuhkan jabatan lebih tinggi dalam perusahaan.
Konsekuensinya, kamu akan lebih banyak mengelola orang-orang yang berpotensi punya masalah. Sebagai pemimpin, kamu punya tugas membereskan semuanya.
Jadi urusanmu jadi double. Masalah sendiri dan masalah orang lain dalam jumlah bertumpuk.
Tak mungkin kamu bisa jadi pemimpin jika tak menjadi problem solver. Suatu tim dalam perusahaan dijamin kacau balau jika pemimpinnya tak punya skill ini.
Maka jika kamu berminat berkembang dalam level manajemen, problem solving menjadi skill yang mutlak dikuasai
Kemampuan pendukung skill problem solving
Situs dunia kerja Indeed.com menjelaskan, ada beberapa keterampilan turunan yang bisa menunjang kemampuan problem solving. Apabila berbagai kemampuan ini terakumulasi dalam diri seseorang, maka ia menjadi problem solver yang mumpuni.
1. Skill mendengar dengan baik
Semua orang bisa mendengar, namun tak semuanya bisa mendengar dengan baik. Maksudnya, mendengar sambil berusaha menangkap dengan baik apa yang disampaikan sehingga mampu menangkap utuh arahnya. Baik yang disampaikan secara tersurat maupun secara tersirat.
2. Analisis
Analisis adalah kemampuan memahami persoalan. Menyusun berbagai detail dan puzzle masalah sebagai bahan dasar dalam menentukan solusi. Tidak gegabah dan benar-benar memperhatikan berbagai aspek secara menyeluruh.
3. Penelitian
Penelitian ini merupakan kemampuan dalam upaya mencari kebenaran berdasarkan fakta-fakta yang didapat. Seseorang dengan kemampuan ini akan memilah mana fakta dan mana opini dalam proses menyelesaikan masalah.
4. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan menemukan hal-hal baru dan mungkin tak pernah dipikirkan sebelumnya. Masalah-masalah baru akan sangat bagus jika diselesaikan dengan metode dan cara-cara yang juga baru.
5. Komunikasi
Seorang problem solver mungkin perlu berinteraksi dengan banyak pihak untuk menggali masalah dan mencari ide untuk menemukan solusi. Maka dari itu, kemampuan berkomunikasi dengan baik menjadi hal penting.
Beberapa kemampuan lain bisa jadi dibutuhkan untuk menjadi problem solver yang baik. Kelima hal yang saya sampaikan hanya contoh saja.
Langkah-langkah problem solving
Untuk mulai mencoba mempraktekkan problem solving dalam menuntaskan masalah yang kamu hadapi, kamu perlu tahu dulu langkah-langkahnya.
Dunia sudah mengenal beberapa tools untuk merealisasikan langkah-langkah problem solving dengan benar. Salah satunya yang bernama RCA atau Root Cause Analysis.
Fungsinya membantu dan memandu problem solver agar mampu merumuskan solusi dengan baik hingga ke akarnya. Dengan demikian, masalah bisa tuntas.
Berikut 5 langkah problem solving berdasarkan tools RCA:
1. Mendefinisikan masalah
Pada tahap ini, problem solver perlu mendefinisikan dengan baik, masalah apa sih yang akan diselesaikannya?
Selain itu ia juga perlu menguraikan secara detail berbagai gejala atau penampakan yang menunjukan masalah itu memang ada.
Jangan-jangan itu cuma gosip atau halusinasi doang. Ya kan?
2. Mengumpulkan data
Selanjutnya, kamu perlu kumpulkan data-data untuk membuktikan bahwa apa yang dianggap masalah itu terbukti ada secara faktual.
Jika sudah meyakinkan dan pasti memang masalahnya ada, kamu bisa analisis berapa lama masalahnya sudah adda? Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan dari masalah tersebut?
Perhatikan dampaknya secara menyeluruh. Mulai dampak terhadap dirimu, karyawan lain, pelanggan, atau siapapun yang kira-kira terdampak masalah tersebut.
3. Identifikasi kemungkinan penyebabnya
Untuk bisa mencapai solusi terbaik, kamu perlu tahu penyebab utamanya.
Namun sebelumnya, kamu bisa lakukan identifikasi dengan mengumpulkan berbagai kemungkinan sebab yang bisa saja benar.
Coba urutkan apa saja dan pada kondisi macam apa saja itu terjadi. Karena kita perlu menemukan akar masalah (bukan gejala/masalah cabang), maka ini perlu dilakukan dulu sebelum menyimpulkan.
4. Identifikasi akar masalah
Dari sekian banyak sebab masalah, kamu bisa gali penyebab utamanya. Gunakan cara berpikir sebab akibat (kausalitas) agar bisa mendapatkan jawaban yang paling mendasar.
Ketika kamu salah mendeteksi akar penyebab, kamu pasti akan gagal memberi solusi.
Persis seorang dokter yang melakukan diagnosa. Dokter tak bisa memberikan obat berdasarkan gejala (symptoms), ia perlu tahu hakikat penyakit yang menyebabkan gejala-gejala itu muncul.
5. Ajukan dan implementasi solusi
Setelah jelas akar masalahnya, barulah kamu bisa memikirkan solusinya.
Coba pikirkan baik-baik apa yang bisa dilakukan agar masalahnya tak muncul lagi? Pikirkan juga apakah ada dampak beresiko dari keputusan yang dipilih?
Semua faktor perlu diperhitungkan agar solusinya bukan hanya bisa menghilangkan masalah, namun juga tidak menghasilkan masalah baru.
Jangan sampai kamu menerapkan solusi ‘keluar dari lubang buaya masuk ke kandang singa’. Carilah solusi ‘keluar dari lubang buaya masuk ke kedai kopi’.
Setuju nggak nih?
Contoh problem solving di dunia kerja
Untuk memahami problem solving dengan lebih baik, mungkin kamu perlu mendapatkan gambaran mengenai contoh problem solving dan penyelesaiannya.
Saya coba memberikan gambaran berdasarkan studi kasus masalah yang mungkin kamu temukan saat bekerja.
1. Berkonflik dengan teman kerja
Dalam dunia kerja, kemungkinan adanya konflik dengan rekan kerja sangatlah tinggi. Kamu sangat mungkin juga mengalaminya. Bahkan jangan-jangan, kamu pernah juga mengalaminya?
Misalnya kamu jumpai teman kerja yang ketika bertemu selalu tampak ketus, saat ditanya jawab seadanya, dan kamu dapati juga ia suka nyinyir.
Bagaimana cara problem solving-nya?
Pertama-tama, kamu harus cari tahu alasannya melakukan hal-hal tersebut.
Coba menahan diri dari keputusan langsung aktif bereaksi dengan mengedepankan ego. Masalah bisa semakin panjang itu yang dijadikan pilihan.
Kamu perlu kumpulkan fakta-fakta yang melatari sikapnya secara memadai.
Bisa dengan melakukan refleksi diri dengan melemparkan berbagai pertanyaan: apa pernah aku berkata sesuatu yang menyakitinya sebelumnya? apa pernah ada tindakanku yang keliru dan merugikannya?
Coba jawab dengan kepala dingin dan penuh pengakuan. Agar lebih bisa semakin akurat jawabannya, kamu bisa cari jawaban pembanding dengan rekan kerja lain yang kamu percayai.
Jika misalnya kamu menemukan penyebabnya ada pada kelakukan atau perkataanmu dulu, maka minta maaflah. Komunikasikan bahwa waktu itu kamu memang salah dan berjanji untuk bersikap lebih baik.
Lain halnya bila ternyata setelah kamu melakukan refleksi diri dengan cara sendiri dan bantuan orang lain nyatanya tak ditemukan salah. Jika sudah dipastikan demikian, kamu bisa simpulkan bahwa masalahnya memang karena rekan kerjamu yang karakternya begitu.
Kamu mungkin saja bisa melakukan opsi menasehati dengan baik jika kira-kira ia orang yang bisa menerima masukan. Namun jika tidak, lebih baik lurus saja dan ingat ulang tujuanmu bekerja untuk ibadah dan cari nafkah.
Bangun pikiran positif dan hindari kemungkinan-kemungkinan yang membuat rekan kerjamu mengganggu pekerjaanmu.
2. Melakukan kesalahan yang merugikan perusahaan
Namanya juga manusia, kesalahan bisa saja terjadi dan kamu lakukan. Bahkan bukan tak mungkin kesalahan itu fatal. Merugikan perusahaan dalam kadar relatif besar.
Bagaimana problem solving dalam masalah ini?
Langkah awal, coba tarik kesimpulan dengan baik, ini murni kesalahanmu atau karena ada faktor-faktor diluar kuasamu?
Jika kamu sudah menyimpulkan bahwa ini mutlak salahmu dan tak ada alasan untuk mengelak, kamu segera lapor ke atasanmu. Menyembunyikan kesalahan bukan hal yang bijak.
Coba pikirkan matang-matang, lebih baik bosmu tau kesalahan itu dari mulutmu sendiri? dari orang lain? atau dari hasil temuannya sendiri?
Kamu bisa petakan sendiri akibatnya satu persatu. Berdasarkan hasil pemetaan saya, jika bos tau kamu pelaku kesalahan dari orang lain atau temuannya sendiri, itu lebih fatal.
Kamu bakal disimpulkan orang pengecut dan tak bertanggung jawab. Bahkan mungkin saja kamu disanksi atau dipecat sebagai konsekuensinya.
Alangkah lebih baik jika kamu bersikap gentle dengan menyampaikan kesalahanmu langsung dan segera. Tentu dengan dimulai dari penyampaian kata maaf, dilakukan dengan nada sopan, serta penuh penyesalan.
Akui kesalahanmu lalu jelaskan apa hal yang kira-kira bisa kamu lakukan untuk membantu perusahaan meminimalisir dampak kesalahanmu. Bila kamu bingung mau melakukan apa, coba tanyakan langsung kepada bosmu hal apa yang harus dilakukan?
Setelah itu, jangan lupa berjanji untuk berusaha menjadi lebih baik, lebih teliti, serta sejauh mungkin menghindar dari kesalahan sama.
Mungkin saat melakukannya berat, tapi percayalah keputusan semacam ini membuatmu akan lebih dihargai.
3. Memiliki anggota tim yang bekerja kurang optimal
Ada juga barangkali sebagian dari kamu sudah diberi tugas untuk mengisi posisi membawahi sebuah tim.
Meskipun cuma hitungan jari, mengelola tim bukan urusan sederhana. Persoalan yang kerap muncul adalah adanya anggota-anggota tim dengan performa minimal. Kurang mantap kinerjanya.
Bagaimana problem solving dilakukan?
Sebaiknya kamu tak buru-buru judge dan menyuruh mereka kerja dengan cara sama berulang kali. Sebagai pimpinan, kamu perlu cari tahu dulu penyebabnya.
Masalah manusia itu unik-unik dan privat. Kamu tak bisa memberi solusi hanya berdasarkan pengalaman pribadimu. Maka coba ajak dia bicara dan mengeluarkan masalahnya.
Benarkah anggapanmu bahwa masalah dia itu karena sekedar pemalas doang?
Coba gali. Mungkin dia punya masalah keluarga, mungkin dia punya orang tua sakit yang ketika malam harus dijaga sepanjang malam, dan lain sebagainya. Bukalah ruang untuk tidak langsung berpikir negatif kepada orang lain.
Ketika kamu berhasil menggali dan menemukan masalahnya, tunjukan empati sebagai pimpinan. Minimal dengan mendengar dan menasehatinya agar bersabar atau tetap semangat.
Namun karena kamu juga punya tugas untuk mengoptimalkan tim dari bos, kamu tak bisa juga membenarkan pilihannya untuk jadi kurang optimal. Kamu perlu tetap memotivasinya dan menjelaskan hal-hal yang bisa membangkitkan kinerjanya.
Misalnya dengan memberi kisah atau pengalaman relevan dari masa lalumu, menunjukan keteladanan, atau menjelaskan hal-hal yang membuatnya berpikir untuk bangkit.
Bagaimana? Apakah contoh kasus problem solving di atas cukup membantu?
Kamu tentu bisa menganalogikan pola penyelesaiannya sesuai dengan kasus yang kamu jumpai langsung.
Jika persoalannya lebih rumit, kamu perlu melibatkan lebih banyak orang untuk melakukan brainstorming. Setinggi apapun jabatan dan prestise yang kamu raih, tak semua masalah bisa kamu selesaikan sendiri. Jangan malu meminta bantuan selama niatmu baik.
Cara meningkatkan skill problem solving
Secara teori, tampaknya mudah ya mempraktekkan problem solving?
Tapi faktanya tak sederhana.
Masalah yang dihadapi kadang-kadang baru dan lebih rumit ketimbang contoh-contoh sebagaimana dijelaskan di atas. Bahkan seringkali masalah menuntut kita menyelesaikannya dengan cepat tanpa ruang untuk membaca step-step yang sudah dijelaskan.
Benar kan?
Tapi apabila level skills pada dirimu sudah tinggi, percayalah semua problem bisa diselesaikan dengan keputusan-keputusan yang tepat. Kamu juga bahkan bisa menuntaskannya dengan cara yang cepat.
Maka dari itu, kamu perlu mengetahui beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk upgrade problem solving skills-mu. Jangan bosan untuk belajar dan meningkatkan kualitas.
Berikut ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
1. Mengubah mindset (cara pandang/berpikir)
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengubah mindset yang melekat di kepalamu. Terutama, mengenai cara pandang yang kamu miliki terhadap masalah.
Bagaimana kamu memandang masalah? Apakah itu beban? Apakah itu hantu yang mengharuskan kamu lari?
Jika pandangan-pandangan semacam itu masih tertancap di kepalamu, pasti setiap muncul masalah kamu akan stres. Meskipun itu sebenarnya masalah kecil, kamu juga akan menganggapnya masalah paling besar sejagad raya.
Maka coba ubah cara pandangmu terhadap masalah. Pandanglah masalah dalam perspektif lain yang lebih positif.
Misalnya dengan menganggap masalah sebagai tantangan yang jika dilalui akan membuatmu semakin bertumbuh.
Dengan mindset berbeda, pasti bangunan proses penyelesaian masalahmu jadi lebih baik. Coba saja sendiri.
2. Melatih otak berpikir logis
Seorang problem solver perlu merumuskan keputusan logis dengan menimbang-nimbang berbagai data yang dimiliki lalu menganalisisnya.
Agar terbiasa dan cepat dalam berpikir logis, latihlah kemampuan ini.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Cara paling sederhana mungkin bisa dengan mempersering bermain game dengan bergenre teka-teki.
Meskipun terkesan sederhana, namun main game semacam ini memang benar-benar bisa meningkatkan kemampuan berpikir logis. Kontennya biasanya menuntut kamu menemukan jawaban dari petunjuk-petunjuk terpisah.
Tulis saja ‘game teka-teki’ atau ‘game asah otak’ di Play Store, pasti banyak bermunculan pilihan untuk di download.
3. Melatih kepekaan
Kemampuan mengidentifikasi masalah bisa diwujudkan dengan latihan kepekaan terhadap orang lain. Kebiasaan berempati dan mencoba memandang sesuatu dari perspektif di luar dirimu akan sangat membantu.
Kamu bisa asah ini dengan melakukan berbagai hal.
Misalnya dengan rajin-rajin mendengarkan curhat orang lain. Baik itu istrimu, kakakmu, adikmu, bapakmu, ibumu, atau pak lurah.
Pengalamanmu dalam menjumpai aneka ragam masalah bisa membuatmu lebih peka ketika menemukan masalah.
Jika hatimu keras seperti batu, kaku, dan tidak punya sikap peduli terhadap orang lain, solusimu bisa-bisa selalu jauh dari kesan manusiawi.
4. Persering mendengarkan orang lain atau brainstorming
Kegagalan dalam identifikasi masalah seringkali disebabkan karena keengganan mendengarkan omongan orang lain. Kamu hanya mau memegang pendapat sendiri dan menganggap hanya pendapatmu saja yang benar.
Padahal, bisa jadi dalam satu masalah pendapat orang lain lebih tepat. Entah itu saat menyimpulkan masalah atau saat memberikan solusi.
Meski posisimu dipekerjaaan lebih tinggi, bukan berarti kamu maha benar. Kamu bukan Tuhan, hanya makhluk hina rendahan yang waktu kecil makannya disuapin mama.
Untuk itu, biasakanlah mendengar pendapat orang lain. Persering lakukan diskusi dan tukar pikirkan. Lakukan brainstorming agar terbiasa memahami cara berpikir orang di luar dirimu.
Hal ini akan membantumu menjadi problem solver dengan kapasitas brilian.
5. Membiasakan tenang dan berpikir positif
Terburu-buru dan terlalu reaktif seringkali menimbulkan keputusan yang buruk. Alih-alih masalah selesai, justru semakin bertambah dan menumpuk.
Maka dari itu latih lah diri untuk bersikap tenang dan memandang berbagai hal yang terjadi secara positif. Jangan biarkan kecemasan, ketakutan, kebingungan, membuatmu gagal berpikir jernih dalam menemukan solusi.
Agama juga memerintahkan hal ini. Kamu diminta untuk ber-husnudzon, terutama terhadap kejadian-kejadian yang ada di luar kendalimu selaku manusia.
Persoalan ini memang masalah mindset. Hanya kamu sendiri yang bisa mengubah dan membiasakannya.
Dengan terbiasa tenang dan berpikir positif, kamu bisa memberikan jeda untuk melakukan problem solving dengan akurasi solusi tingkat tinggi.
6. Meningkatkan kemampuan komunikasi
Gagasan penyelesaian yang brilian bisa jadi tak berarti jika kamu mengkomunikasikan berbagai proses problem solving dengan cara salah.
Alih-alih selesai masalah, ia malah bertambah.
Maka asah terus skillmu dalam menyampaikan pesan. Mengikuti kursus komunikasi dan rajin berinteraksi dengan orang lain bisa jadi langkah bagus.
Kamu juga perlu belajar untuk berkomunikasi dengan memperhatikan situasi. Bagaimana saat memimpin forum, bagaimana saat man to man, kepada siapa kamu sedang berbicara, dan lainnya.
Dengan demikian, berbagai upaya problem solving bisa dieksekusi tanpa dicederai buruknya komunikasi.
7. Banyak belajar dari problem solver berpengalaman
Ungkapan experience is the best teacher memang selalu relevan diterapkan di manapun. Termasuk dalam pengembangan materi problem solving praktis untuk diterapkan dalam banyak kasus.
Maka dari itu, tak ada salahnya kamu banyak belajar kepada orang lain. Mantan atasan, mentor, orangtua, dan berbagai pihak yang lebih kaya pengalaman mengenai permasalahan ini adalah sumber inspirasi.
Kamu tak perlu malu. Mereka mungkin akan memberikan masukan baru dan tak pernah sebelumnya kamu menduganya. Bahkan biasanya, mereka senang jika ditanyai dan dihargai pengalamannya.
Jika kamu kekurangan orang, kamu bisa mencari strategi orang lain yang tak kamu kenal. Misalnya dari sumber-sumber internet atau buku-buku pengembangan diri. Perkaya pengetahuanmu dengan itu.
Semua penjelasan ini pasti menambah wawasanmu. Namun, sekedar bertambahnya wawasan mungkin tak berpengaruh besar untuk kehidupanmu.
Kamu perlu mencoba mengaplikasikan langsung problem solving dalam berbagai masalah yang saat ini dihadapi. Mengingat problem solving adalah jenis skill, jadi ia akan semakin meningkat kemampuannya jika dipraktekan.